KOMPETENSI DASAR
1.8 Menghayati sikap husnudzan, tawadhu’, tasamuh, dan ta’awun sesuai ketentuan Islam
2.8 Mengamalkan perilaku husnudzan, tawadhu’, tasamuh, dan ta’awun dalam kehidupan
sehari- hari
3.8 Memahami pengertian, dalil, contoh, dan dampak positif sifat husnudzan, tawadhu’,tasamuh, dan ta’awun
4.8 Mengomunikasikan contoh penerapan perilaku husnudzan, tawadhu’, tasamuh, dan ta’awun dalam kehidupan sehari- hari
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.8.1 Menampilkan sikap spiritual dari pengalaman belajar sifat husnudzan, tawadhu’, tasamuh,
dan ta’awun.
2.8.1 Menunjukkan perilaku sosial yang mencerminkan berperilaku husnudzan, tawadhu’,tasamuh, dan ta‘awun dalam kehidupan sehari-hari
3.8.1 Menjelaskan pengertian husnudzan, tawadhu’, tasamuh, dan ta‘awun
3.8.2 Menyebutkancontoh perbuatan dari husnudzan, tawadhu’, tasamuh, dan ta‘awun.
3.8.3 Menyebutkan dampak positif dari husnudzan, tawadhu’, tasamuh, dan ta‘awun.
4.8.1 Mendemonstrasikan dampak positif dari akhlak terpuji (husnudzan, tawadhu’, tasamuh,
dan ta‘awun)
A. HUSNUDZAN
1. Pengertian dan Pentingnya Husnudzan
Salah satu akhlak terpuji kepada sesama manusia adalah husnudzan. Secara
bahasa berasal dari bahasa Arab, husnu yang artinya baik, dan dzan berarti dugaan,sangkaan atau keyakinan. Menurut istilah husnudzan adalah adanya pemikiran yang
positif terhadap manusia lain, bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai kebaikan yang
bermanfaat bagi yang lainnya.
Hukum Husnudzan kepada Sesama Manusia Dalam dalil-dalil al-Qur'an dan hadis diterangkan beberapa hukum berprasangka
(dzan) yaitu dalam Al Qur'an surah Al-Hujurat (49) ayat 12:
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa." (QS. Al-Hujurat [49]:12)
Artinya: “Dari Abu Hurairah Ra, sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda :"Sekalikali janganlah engkau berburuk sangka karena sesungguhnya berburuk sangka itu adalah perkataan yang paling bohong.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ada beberapa hukum Husnudzan kepada manusia:
- Wajib, yaitu Husnudzan kepada Allah Swt. dan para Rasul Allah Swt. Kita harus
yakin bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
- Mandub (sunnah), yakni kepada saudara–saudaranya yang seiman, karena sesama
muslim itu sama terikat oleh iman dan perjuangan untuk mewujudkan kebaikan
melalui ibadah, dakwah dan amalan saleh lainnya.
- Jaiz, atau mubah kepada sesama manusia pada umumnya. Karena pada dasarnya,
semua manusia itu merasa saling membutuhkan dan mempunyai kebaikan.
Hikmah Husnudzan kepada Sesama Manusia
- Menentramkan hati
- Memudahkan koordinasi
- Memberikan dorongan kepada orang lain untuk mengembangkan potensi hidupnya.
- Memberikan kemudahan untuk komunikasi.
- Bagi seseorang dengan husnudzan itu akan mendapatkan banyak hal tentang
kebaikan dari orang lain. Antara lain, penghargaan.
Membiasakan Diri Bersikap Husnudzan
Seorang muslim / muslimah yang berperilaku husnudzan kepada Allah Swt., tentu akan senantiasa bertakwa kepada-Nya di mana pun dan kapan pun ia berada. Serta mereka yang husnudzan terhadap diri sendiri, tentu akan membiasakan diri dengan bersikap dan berperilaku terpuji yang bermanfaat bagi dirinya. Perilaku ini tercermin dalam sikap sehari- hari yaitu:
a. Tidak mudah menerima suatu berita yang tidak jelas sumber kebenarannya
b. Berusaha untuk sering bertemu dengan sesama teman atau anggota masyarakat
c. Dengan sering bertemu, dapat mengantisipasi munculnya gosip yang sering merusak hubungan persaudaraan
TAWADHU’
1. Pengertian dan Pentingnya Tawadhu’
Tawadhu’ berasal dari Bahasa Arab yang artinya meletakkan. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia Tawadhu’ berarti rendah hati. Yang dimaksud dengan tawadhu’
adalah sikap dan perbuatan manusia yang menunjukkan adanya kerendahan hati, tidak
sombong dan tinggi hati, mudah tersinggung.Tawadhu’ ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi
perbuatan takabur (sombong),
Perintah mempunyai sikap tawadhu’
a. Tawadhu’ di hadapan kedua orang tua, yang ditegaskan pada surah ke 17, Al-Isra
ayat 24:
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil.” (QS. Al-Israa' [17]:24)
b. Tawadhu’ terhadap sesama muslim, yang ditegaskan pada surah ke 26, asy-Syu’ara
ayat 215:
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman".(QS. Asy-Syu'araa' [26]:215)
c. Tawadhu’ di saat dalam pergaulan. Sebagaimana disebutkan pada surah ke 31,
Luqman ayat 19:
Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."( QS. Luqman [31]:19)
Bentuk-bentuk dan Contoh Tawadhu
Berikut beberapa contoh ketawadhu’an Rasulullah Saw.:
a. Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam pada
mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat
kekasihku Nabi Saw. senantiasa berbuat demikian. (HR. Bukhari, Fathul Bari’-
6247).
b. Dari Anas ra berkata: Nabi Saw. memiliki seekor unta yang diberi nama al-’adhba`
yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan
mampu mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut
sampai hal itu diketahui oleh nabi Saw., maka beliau bersabda: Menjadi hak Allah
jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. (HR.
Bukhari). (Fathul Bari’-2872).
c. Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi Saw., beliau
Saw. menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki
rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama
dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri
keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang
kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu
pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka
shalat.
Adapun
bentuk-bentuk perilaku tawadhu’ seseorang antara lain:
a. Menghormati orang yang lebih tua atau orang yang lebih pandai daripada dirinya
b. Sayang kepada yang lebih muda atau lebih rendah kedudukannya
c. Menghargai pendapat atau pembicaraan orang lain
d. Bersedia mengalah demi kepentingan umum
e. Santun dalam berbicara kepada siapapun
f. Tidak suka disanjung orang lain atau keberhasilan yang dicapai
Dampak Positif Membiasakan Sikap Tawadhu
- Menimbulkan rasa simpati pihak lain sehingga suka bergaul dengannya.
- Akan dihormati secara tulus oleh pihak lain sesuai nalurinya bahwa setiap manusia
igin dihormati dan menghormati.
- Mempererat hubungan persaudaraan antara dirinya dan orang lain.
- Mengangkat derajat dirinya sendiri dalam pandangan Allah maupun sesama
manusia
Upaya Membiasakan Diri Bersikap Tawadhu’
ada beberapa perilaku yang bisa kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
a. Menyadari sepenuhnya bahwa setiap manusia mempunyai kekurangan dan
kelebihan yang berbeda
b. Berusaha untuk mengendalikan diri agar tidak menampakkan kelebihan yang
dimiliki
c. Melatih diri untuk dapat menghargai kemampuan orang lain,tidak meremehkannya
TASAMUH
1. Pengertian dan Pentingnya Tasamuh
Kata tasamuh berasal dari bahasa Arab secara bahasa artinya, murah hati,
lapang hati. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, tasamuh diartikan lapang dada,
keluasan pikiran, toleransi. Dalam tasamuh terdapat unsur menghormati, menghargai dan simpati.
Dalil Tentang Perintah Tasamuh
Dalam
al-Qur'an dijelaskan pada surah ke-109, Al Kafirun ayat 1-6:
Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kaafirun [109]:1-6)
Dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa Islam sangat toleran terhadap adanya
perbedaan agama. Pada akhir ayat ditegaskan, bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.
Contoh Perilaku Tasamuh dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Menghentikan sementara acara atau rapat karena tiba waktu shalat.
b. Tidak menyalakan klakson motor atau mobil ketika melewati tempat ibadah.
c. Ikut menjaga keamanan dan ketertiban pada waktu umat agama lain merayakan hari
rayanya.
d. Memberi waktu untuk libur bagi karyawan yang sedang berhari raya.
e. Menghormati pendapat orang lain terhadap penafsiran dan pemahaman suatu
masalah.
f. Tidak makan di sembarang tempat pada waktu siang hari bulan puasa.
Hikmah Perilaku Tasamuh
1. Dapat memberikan kesejukan jiwa kepada diri sendiri dan orang lain.
2. Menimbulkan sikap dan perangai yang mulia.
3. Mendapatkan teman yang semakin banyak.
4. Timbul rasa tenang pada diri sendiri dan orang lain.
5. Memudahkan penyelesaian persoalan yang nampak sulit bagi orang lain.
6. Mudah mendapatkan relasi.
7. Jika mendapat kesulitan, akan banyak orang yang menolong.
8. Jika melakukan kesalahan, banyak orang yang mau memahami.
TA'AWUN
Pengertian Ta’awun
Kata ta'awun berasal dari bahasa Arab yang berarti saling membantu, saling
menolong. Menurut istilah ta'awun adalah sikap atau perilaku membantu orang lain.
Dalil Tentang Perintah Ta'awun
Dalil naqli yang berasal dari al-Qur'an dan hadis yang menjadi dasar dari
pelaksanaan ta'awun salah satunya terdapat dalam al-Qur'an surah ke 5, Al-Maidah
ayat 2:
Artinya: “ ... dan tolong menolonglah kamu dalam (perkara) kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kamu tolong menolong dalam (perkara) dosa dan permusuhan “. (QS. Al-Maidah [5]:2)
Tolong menolong ditujukan kepada semua manusia, tidak harus dengan
sesama muslim saja, dalam seluruh aspek kehidupan. Namun, jika dengan non
muslim, harus dibatasi, tidak ada kerjasama, tolong menolong dalam hal akidah dan
ibadah.
Bentuk / Contoh Ta'awun
a. Meringankan beban hidup orang lain.
b. Menutupi aibnya.
c. Memberi bantuan kepada seseorang.
d. Mengunjungi orang yang sedang sakit / menerima suatu musibah.
Dampak Positif Membiasakan Sikap Ta’awun
a. Terpenuhinya kebutuhan hidup berkat kebersamaan.
b. Membuat tugas yang berat menjadi ringan.
c. Terwujudnya persatuan dan kesatuan
d. Menimbulkan rasa simpati pada sesama.
Upaya membiasakan bersikap ta’awun
- Menyadari bahwa setiap manusia itu mempunyai kelebihan dan kekurangan.
- Menyadari bahwa kondisi manusia lemah dan tidak bisa hidup sendiri.
- Membiasakan mengedepankan kepentingan bersama, tanpa harus
mengorbankan kebutuhan diri sendiri.
- Membiasakan melihat potensi diri, baik dari segi keilmuan maupun materi
sebagai bahan mewujudkan kebersamaan.
Komentar
Posting Komentar